Gangguan pada asupan Makan
Ada beberapa jenis gangguan makan, tetapi tiga yang paling sering terjadi adalah anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, serta gangguan makan berlebihan atau binge eating disorder. Gangguan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi lebih sering dialami oleh remaja usia 13–17 tahun
GANGGUAN MAKAN
8/8/20194 min read


Penyebab Gangguan Makan
Sejauh ini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan gangguan makan. Namun, sama seperti gangguan mental lain, gangguan makan dapat terjadi akibat kombinasi dari beberapa faktor, yaitu:
Genetik
Pada beberapa kasus, gangguan makan terjadi pada orang dengan gen tertentu yang memicu gangguan makan.Keturunan
Gangguan makan juga umumnya dialami oleh orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan riwayat gangguan yang sama.Biologis
Perubahan zat kimia dalam otak dapat berperan dalam menimbulkan gangguan makan.Psikologis
Gangguan makan sering terjadi pada penderita gangguan kecemasan, depresi, dan obsessive compulsive disorder.
Selain beberapa faktor tersebut, sejumlah kondisi yang juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan makan adalah:
Usia remaja
Remaja, terutama perempuan, rentan mengalami gangguan makan karena cenderung lebih memerhatikan citra atau penampilan diri.Diet yang berlebihan
Rasa lapar akibat diet yang terlalu ketat dapat memengaruhi otak sehingga justru menimbulkan dorongan untuk makan secara berlebihan.Stres
Berbagai masalah yang menyebabkan stres, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun hubungan sosial, dapat meningkatkan risiko gangguan makan.
Gejala Gangguan Makan
Gejala yang dialami penderita gangguan makan tergantung pada jenis gangguannya. Berikut adalah gejala gangguan makan berdasarkan jenisnya:
Bulimia nervosa
Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang membuat penderitanya makan secara berlebihan, kemudian ingin segera membuang makanan yang dikonsumsinya dengan cara yang tidak sehat.
Cara membuang makanan tersebut bisa dengan memuntahkan kembali makanan yang baru dimakan, menggunakan obat pencahar atau obat diuretik, atau berolahraga secara berlebihan. Tindakan tersebut dilakukan karena penderita merasa bersalah telah makan banyak dan takut berat badannya menjadi berlebihan.
Akibat perilakunya tersebut, penderita bulimia dapat merasakan keluhan fisik berupa:
Sakit tenggorokan, Pembengkakan pada wajah atau kelenjar di rahan, Gangguan siklus menstruasi, Gigi sensitif dan rusak , Gusi berdarah
Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan berat badan yang terlalu rendah dan rasa takut jika berat badannya naik. Hal ini membuat penderita membatasi asupan makan, karena merasa berat badannya berlebihan, meskipun pada kenyataannya, tubuhnya sudah ramping atau justru terlalu kurus.
Asupan kalori yang terlalu sedikit pada penderita anoreksi nervosa dapat menyebabkan keluhan berupa:
Kulit kering
Rambut rontok
Tubuh terasa lemas
Sering merasa kedinginan akibat suhu tubuh yang rendah
Menstruasi menjadi tidak teratur atau bahkan terhenti (amenorrhea)
Sembelit atau konstipasi
Hipotensi atau tekanan darah rendah
Gangguan irama jantung
Kerusakan otak
Anoreksia nervosa dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian. Selain itu, penderita juga bisa mengalami depresi dan sangat putus asa hingga melakukan percobaan bunuh diri.
Gangguan makan berlebihan
Gangguan makan berlebihan atau binge eating disorder ditandai dengan perilaku makan yang cepat dan dalam porsi sangat banyak, meski tidak lapar atau bahkan sudah sangat kenyang. Akibatnya, penderita gangguan ini memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
Gejala binge eating disorder antara lain:
Mengonsumi makanan dalam jumlah banyak
Makan dengan sangat cepat
Tetap makan saat perut sudah kenyang
Bersembunyi saat makan karena malu bila terlihat orang
Diagnosis Gangguan Makan
Untuk mendiagnosis gangguan makan, dokter atau psikiater akan menanyakan gejala yang dialami dan riwayat penyakit. Setelah itu, dokter akan menjalankan pemeriksaan berikut untuk memastikan diagnosis:
Pemeriksaan fisik, meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, serta tanda-tanda vital
Pemeriksaan laboratorium, seperti hitung darah lengkap, tes urine, fungsi hati, fungsi ginjal, hormon tiroid, foto Rontgen, dan elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan psikologis, mencakup kebiasaan makan dan berolahraga, serta cara pandang pasien terhadap makanan, berat badan, dan citra tubuh
Penanganan Gangguan Makan
Penanganan gangguan makan melibatkan tim yang terdiri dari dokter, psikiater, dan dokter gizi. Tujuan pengobatan adalah untuk membantu pasien dalam menjalani pola makan yang sehat.
Upaya yang dilakukan meliputi:
Psikoterapi
Terapi ini dapat membantu penderita untuk mengubah kebiasaan makan yang buruk menjadi pola makan yang sehat. Ada dua terapi yang dapat digunakan, yaitu:
Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengenali, memahami, dan mengubah perilaku, khususnya yang berhubungan dengan pola makan.Terapi berbasis keluarga
Terapi ini dilakukan pada anak-anak atau remaja dengan melibatkan keluarga. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien mengikuti pola makan yang sehat dan mempertahankan berat badan ideal.Obat-obatan
Perlu diketahui, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan gangguan makan. Namun, dokter dapat memberikan obat antidepresan dan anticemas, untuk mengendalikan keinginan makan berlebih atau mencegah keinginan untuk memuntahkan makanan.
Obat-obatan tersebut juga dapat mengatasi kekhawatiran yang berlebihan terhadap makanan atau pola makan tertentu.
Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi
Konsultasi gizi dapat membantu memperbaiki pola makan pasien. Selain itu, dokter atau ahli gizi juga dapat menentukan jenis dan cara pengolahan makanan yang tepat.
Pada penderita gangguan makan yang sampai mengalami malnutrisi, dokter akan menganjurkan untuk dirawat di rumah sakit.
Komplikasi Gangguan Makan
Gangguan makan dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Makin parah dan lama gangguan makan yang dialami, makin besar risiko terjadinya kompllikasi.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat gangguan makan antara lain:
Gangguan jantung, seperti aritmia atau gagal jantung
Gangguan pencernaan, misalnya GERD
Gangguan pertumbuhan
Penurunan prestasi di sekolah atau kualitas kerja
Dehidrasi berat dan sembelit parah
Gangguan fungsi organ
Kerusakan otak
Menstruasi terhenti
Stroke
Gangguan kecemasan
Keinginan untuk bunuh diri
Pencegahan Gangguan Makan
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah gangguan makan. Namun, ada beberapa upaya yang dapat membantu menumbuhkan perilaku makan yang sehat pada remaja, yaitu:
Menerapkan pola pikir yang sehat dan seimbang terhadap makan, berat badan, dan bentuk tubuh
Menghilangkan pemikiran bahwa berat badan dan bentuk tubuh menentukan kesuksesan dan kebahagiaan
Menanamkan pemahaman bahwa diet ketat bisa menyebabkan gangguan, baik fisik maupun mental
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
Berolahraga secara rutin
Sedangkan bagi orang tua, cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan makan pada anak antara lain:
Membiasakan makan bersama keluarga dan membicarakan pentingnya pola makan yang seimbang dengan porsi yang sewajarnya.
Meluangkan waktu untuk bicara pada anak bahwa gangguan makan sangat berbahaya dan bukanlah gaya hidup yang sehat
Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dengan memuji penampilannya dan tidak mengejek tampilan fisiknya meski hanya bercanda