Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh sendiri. Gejala umum penyakit meliputi kelelahan, nyeri sendi, masalah kulit, nyeri perut, demam berulang, dan pembengkakan kelenjar
PENYAKIT AUTOIMUN
4/11/20176 min read


Penyakit Autoimun Berarti Tubuh Menyerang Diri Sendiri
Penyakit AUTOIMUN terjadi jika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Padahal, sistem kekebalan tubuh seharusnya menjadi benteng bagi tubuh dalam menghadapi penyakit.
Penyakit kelainan kekebalan tubuh ini bisa berdampak kepada banyak sekali bagian tubuh seseorang. Saking banyaknya, tercatat ada 80 jenis penyakit autoimun dengan sebagian gejala yang sama. Hal ini membuat seseorang sulit diketahui apakah menderita gangguan ini atau tidak dan pada jenis yang mana. Meski memiliki jenis yang banyak, penyebab dari penyakit autoimun masih belum dapat dipastikan.
Penyakit Autoimun yang Paling Sering Ditemui
Dari sekian banyaknya jenis penyakit autoimun, beberapa penyakit autoimun di bawah ini merupakan yang sering sekali ditemui.
Rheumatoid arthritis, alias radang sendi adalah penyakit autoimun yang sering ditemui. Sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi yang menyerang pelapis sendi. Akibat dari serangan antibodi semacam ini adalah peradangan, pembengkakan, dan nyeri.
Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebabkan kerusakan permanen pada sendi. Untuk mencegahnya memburuk, penderita rheumatid arthritis biasanya akan diberikan obat oral atau suntik yang berfungsi mengurangi agresivitas sistem kekebalan tubuh.
Lupus, Penyakit autoimun yang sering kita dengar lainnya adalah systemic lupus erythematosus atau biasa kita sebut dengan lupus saja. Penyakit ini menyebabkan seseorang mengembangkan antibodi yang justru menyerang hampir ke seluruh jaringan tubuh. Beberapa bagian tubuh yang paling sering diserang adalah sendi, paru-paru, ginjal, dan jaringan saraf. Untuk mengobati lupus, dokter biasanya memberikan obat steroid minum untuk menurunkan fungsi imun.
Diabetes tipe-1, Penyakit ini biasanya akan terdiagnosis sejak usia kanak-kanak atau dewasa awal. Penyakit Diabetes tipe-1 disebabkan oleh serangan sistem kekebalan tubuh pada sel-sel di pankreas yang memiliki tugas memproduksi insulin. Hal ini menyebabkan terganggunya produksi insulin sehingga tubuh tidak mampu mengontrol kadar gula darah. Jika hal ini tidak dihentikan, maka berisiko timbul kerusakan pada tubuh, seperti gagal ginjal, kebutaan, stroke, penyakit jantung, atau masalah terkait sirkulasi darah dalam tubuh. Untuk mengobatinya, pasien akan diberikan suntikan insulin. Selain itu, mereka wajib untuk melakukan pemantauan kadar gula darah, konsumsi diet sehat, dan olahraga teratur.
Multiple sclerosis (MS). Pada saat sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel saraf sendiri, beberapa gejala yang mengerikan berisiko muncul sebagai akibatnya. Penyakit ini biasa disebut dengan multiple sclerosis alias MS. Beberapa gejala yang timbul akibat penyakit ini, antara lain nyeri, kebutaan, gangguan koordinasi tubuh, dan kejang otot. Gejala lainnya yang mungkin timbul adalah tremor, mati rasa ekstrem, kelumpuhan, susah bicara, atau susah berjalan. Untuk mengobatinya, obat-obatan tertentu bisa digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Terapi fisik atau okupasi dapat dilakukan untuk membantu pasien MS dapat melakukan kegiatan sehari-hari.
Graves’ disease, Ini adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif. Mereka yang menderita penyakit ini kemungkinan akan mengalami aneka gejala yang bisa mengganggu kegiatan sehari-harinya. Kesulitan tidur, mudah tersulut emosi, berat badan turun tanpa sebab, dan mata menonjol adalah sebagian gejalanya. Gejala lain yang mungkin timbul adalah terlalu peka pada hawa panas, otot lemah, tremor (tangan bergetar), dan periode menstruasi yang singkat.
Untuk mengobatinya, penderita kemungkinan akan diberikan pil radioaktif iodium. Pil ini digunakan untuk membunuh sel-sel kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Pasien dapat juga diberikan obat anti tiroid. Meski jarang, bisa saja penderita penyakit ini butuh prosedur pembedahan.
Psoriasis, kondisi terlalu aktifnya sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan kulit mengalami kondisi kronis. Kondisi ini disebabkan oleh salah satu sel darah dalam sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, yaitu Sel-T. Berkumpulnya Sel-T di kulit menyebabkan rangsangan pada kulit untuk mereproduksi lebih cepat dari seharusnya. Selain itu, bisa menyebabkan kulit berwarna keperakan dan bersisik. Untuk menanganinya, dapat menggunakan krim steroid, terapi cahaya, ataupun obat oral.
Beberapa Faktor Risiko Terkena Penyakit Autoimun
Sejauh ini penyebab penyakit autoimun masih belum diketahui. Meski demikian, ada beberapa faktor yang memicu seseorang berisiko menderita penyakit autoimun. Beberapa hal di bawah ini bisa menjadikan seseorang berisiko terjangkit penyakit autoimun.
Lingkungan
Faktor lingkungan ditengarai merupakan hal penting kenapa seseorang bisa terkena penyakit autoimun. Faktor lingkungan antara lain adalah paparan bahan tertentu seperti merkuri.
Perubahan hormon
Beberapa penyakit autoimun sering kali menyerang perempuan pasca melahirkan. Hal ini menyebabkan hadirnya sebuah asumsi bahwa penyakit autoimun terkait dengan perubahan hormon, seperti saat hamil, melahirkan, atau menopause.
Infeksi
Beberapa gangguan terkait penyakit autoimun sering kali dikaitkan dengan terjadinya infeksi. Hal ini wajar karena sebagian gejala diperburuk oleh infeksi tertentu.
Genetik atau keturunan
Risiko terbesar terkait penyakit autoimun yang diprediksi para ahli adalah faktor genetik. Meski demikian, faktor ini dianggap bukan satu-satunya yang bisa memicu reaksi kekebalan tubuh.
Meski penyakit autoimun masih belum diketahui penyebabnya, namun kita bisa mewaspadai diri sendiri dengan memerhatikan faktor risiko. Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala terkait penyakit-penyakit di atas. Makin cepat diketahui, maka makin besar kemungkinan untuk bisa disembuhkan.
Nyeri sendi di kaki dan tangan yang dirasakan Sarah berbulan-bulan, tak kunjung sembuh, meski sudah dipijat dan diberikan obat oles pereda nyeri persendian. Pada waktu bersamaan, ia juga sering merasa tenaganya seperti terkuras habis. Setelah diperiksa dokter umum dan diberikan obat, sakit sendi hanya berkurang sementara. Setelah itu, rasa nyeri yang dirasakan justru makin menyebar ke seluruh tubuh sehingga menganggu aktivitasnya. Sarah tidak menyangka bahwa keluhan ini adalah perjalanan panjangnya berjuang menghadapi artritis rheumatoid (AR), salah satu jenis penyakit autoimun.
Pengalaman mendapatkan diagnosis tepat dari keluhan yang dirasakan juga dialami Dika. Sariawan terus-menerus ia alami, hilang timbul. Beragam cara sudah ia lakukan untuk menyembuhkan keluhan itu, mulai dari menjalani pengobatan tradisional, mengonsumsi obat sariawan yang dijual bebas, ke dokter umum, hingga dokter spesialis gigi dan mulut. Akhirnya, salah seorang dokter gigi menyarankan ia berkonsultasi ke dokter spesialis autoimun. Ternyata, ia didiagnosis terkena sindrom behcet, salah satu penyakit autoimun.
Itu baru dua dari ribuan pengalaman pengidap penyakit autoimun. Menurut laporan sejumlah pasien, dibutuhkan lebih dari 3,5 tahun dan hampir 5 dokter untuk menegakkan diagnosis penyakit itu secara tepat. Faktanya, memang tidak sedikit orang dengan penyakit autoimun merasa kebingungan dengan gejala-gejala awal yang timbul. Misalnya, suatu hari badan terasa fit, keesokan hari kondisinya bisa menurun, mengalami insomnia, depresi, hingga rasa kesepian yang ekstrem. Sebenarnya apa, sih, penyakit autoimun, dan bagaimana cara mendeteksinya?
Sebagai benteng pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh berfungsi melawan dan menghancurkan zat-zat asing yang masuk ke tubuh dan membahayakan tubuh Anda, seperti bakteri dan virus. Namun, ada kalanya sistem kekebalan tubuh itu mengalami gangguan dan penyimpangan fungsi, sehingga keliru menyerang sel-sel tubuh itu sendiri, ibarat istilah “senjata makan tuan”. Itulah yang dikenal dengan sebutan autoimun. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit autoium, simak sejumlah tanya jawab berikut ini.
Bagaimana autoimun bekerja?
Sistem kekebalan tubuh bekerja dalam dua langkah, yaitu:
Membedakan sel-sel asing dengan sel-sel tubuh sendiri, kemudian mengambil tindakan terhadap sel-sel asing.
Jika langkah pertama tak sukses, diambil langkah kedua, terdiri dari 2 kemungkinan: Pertama, sistem kekebalan tubuh diredam dan tubuh tak lagi mengenali sel-sel asing, seperti pada kasus HIV-AIDS, di mana sistem kekebalan tubuh melemah. Kedua, sistem kekebalan tidak diredam sehingga menyerang sel-sel tubuh sendiri maupun sel-sel asing tanpa kecuali. Ini terjadi pada kasus penyakit autoimun. Saat itu, sistem kekebalan tubuh Anda menjadi benar-benar berada di luar kendali.
Apa sebab seseorang terkena penyakit autoimun?
Sejauh ini belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi, antara lain:
Genetik atau keturunan. Salah satu faktor risiko penyakit autoimun adalah genetik, artinya ada kecenderungan seseorang mengalami penyakit autoimun, jika dalam keluarganya terdapat salah seorang pengidap autoimun —namun bukan berarti penyakit ini pasti akan diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Lingkungan, temasuk gaya hidup tidak sehat, misalnya terpapar berbagai zat kimia.
Hormon. Terdapat asumsi bahwa penyakit autoimun terkait dengan perubahan hormon, seperti saat hamil, melahirkan, atau menopause.
Infeksi. Gejala autoimun juga dapat dipicu atau diperburuk infeksi tertentu.
Apa gejala-gejala penyakit autoimun?
Penyakit autoimun bisa berdampak pada banyak bagian tubuh. Ada lebih dari 100 jenis penyakit autoimun, mulai dari yang ringan sampai berat. Karena sangat beragam, maka gejalanya pun bervariasi. Namun, beberapa penyakit autoimun memiliki gejala-gejala yang sama. Itu sebabnya autoimun sering disebut sebagai penyakit dengan seribu wajah.
Nyeri di sekujur tubuh. Nyeri yang membuat badan seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri sendi. Bagian sendi yang paling sering diserang adalah sendi lutut, sendi di pergelangan tangan, punggung tangan hingga buku-buku jari. Nyeri ini terjadi di kedua sisi kiri dan kanan. Nyeri ini juga sering diiringi pembengkakan dan/atau kekakuan, sehingga membuat Anda sangat kesakitan dan sulit bergerak.
Fatigue, yakni rasa lelah berlebihan dan berkepanjangan, seperti Anda habis berlari jauh, membuat energi tubuh seperti terkuras habis. Bahkan untuk mengangkat badan dari tempat tidur saja terasa berat.
Timbul demam ringan. Bila dipegang oleh orang lain, badan akan terasa agak hangat, namun ketika diperiksa dengan termometer, suhunya masih normal (pada batas atas), sekitar 37,4 – 37,5 derajat Celsius.
Rambut mengalami kerontokan parah.
Sering terkena sariawan.
Brain fog. Disebut demikian karena otak sewaktu-waktu seperti tertutup kabut, sehingga untuk sesaat Anda kehilangan memori, fokus, dan konsentrasi, entah sedang menulis maupun saat berbicara.
Kapan perlu memeriksakan diri ke dokter?
Bila Anda mencurigai terkena autoimun dengan gejala antara lain seperti di atas, cobalah memeriksakan diri ke dokter. Anda bisa ke dokter umum terlebih dahulu. Jika dokter umum mencurigai ada autoimun, tetapi belum tahu jenisnya, Anda akan dirujuk kepada spesialis penyakit dalam, yang akan dirujuk ke dokter yang lebih spesifik. Misalnya, AR dan Sindrom sjogren akan dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi atau konsultan alergi imunologi. Untuk jenis skleroris multipel, Anda akan dirujuk ke dokter spesialis saraf, dan bila dicurigai psoriasis akan dirujuk dokter spesialis kulit.
Pemeriksaan apa saja yang perlu dijalani untuk memastikan anda terkena penyakit autoimun?
Anda akan diminta menjalani pemeriksaan laboratorium (biasanya darah), khususnya pertanda peradangan. Lantas, akan diperiksa lebih sepesifik lagi untuk memastikan jenis autoimunnya, dengan pemeriksaan jenis autoantibodi yang sesuai dengan penyakit Anda. Ada lebih dari 100 jenis autoantibodi, karena itu sebaiknya konsultasikan hal itu terlebih dahulu ke dokter, sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium.
Jika Anda positif terkena autoimun, maka perlu pula menjalani pemeriksaan tambahan, yang tergantung dari jenis penyakti autoimun. Misalnya, jika Anda dicurigai terkena skleroris multipel, maka akan dilakukan MRI untuk bagian kepala. Kalau sindrom sjogren, maka Anda akan diperiksa kekeringan mata oleh dokter spesialis mata.