Plak di Pembuluh Darah Dipengaruhi Kalsium pada Tubuh

Penyakit jantung sudah terbukti sebagai silent killer yang banyak mengejutkan masyarakat. Seseorang yang terlihat selalu sehat setiap harinya bisa mendadak meninggal dunia karena penyakit jantung yang menyebabkan serangan jantung mendadak

PEMBULUH DARAH

6/23/20188 min read

Ada beberapa jenis gangguan yang tergolong penyakit jantung. Yaitu, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, hipertensi, gagal jantung, gangguan irama jantung, gangguan pacu jantung, infeksi, dan gangguan pada pembuluh darah tepi yang bisa menyebabkan performa jantung menurun.

Seharusnya kerja jantung tidak boleh terhambat oleh apapun. Sebab, kerja jantung sangat penting, yaitu memompa darah ke seluruh tubuh dan mengedarkan makanan untuk tubuh beserta oksigen agar organ lain juga bisa berfungsi dengan baik.
Dari sekian banyak penyakit jantung yang ada, dokter menyebutkan penyakit jantung koroner adalah yang paling banyak ditemui dan paling fatal akibatnya. Penyakit jantung koroner terjadi ketika ada sistem peredaran darah otot jantung terganggu.
“Otot jantung selalu bergerak, dan terus berkontraksi. Otot jantung perlu energi, perlu oksigen dan itu disuplai dari pembuluh darah koroner yang memberikan darah pada otot jantung agar bergerak,”

Gangguan pada pembuluh darah koroner biasanya disebabkan adanya penyumbatan. Hal itu biasanya terjadi ketika ada plak yang terbentuk dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan diameter pembuluh darah koroner menyempit.
“Itu menyebabkan suplai darah berkurang dan pasti akan membawa dampak terhadap otot jantung,”

Terbentuknya plak diawali oleh kolesterol yang menumpuk di pembuluh darah. Hal tersebut terjadi karena pelindung pembuluh darah yang licin rusak karena nikotin, polusi, stres, dan lain-lain.
Penumpukan kolesterol itu lama-lama akan mengeras. Sebab, ketika menumpuk, kolesterol memanggil kalsium untuk mengeraskan diri.

“Kalau kalsium tidak dipanggil, lemak akan rontok lalu pergi ke saluran yang lebih kecil lagi dan akan menyumbat. Atau bisa juga kumpulan lemak itu pecah dan akhirnya membuat aliran darah tidak bisa lewat. Itu akan memengaruhi jantung.”
Kalsium yang diperoleh untuk membuat plak, berasal dari kalsium di dalam darah. Jika jumlah kalsium di dalam darah kurang, maka kalsium itu akan diambil dari bagian-bagian lain.

Perkembangan plak kolesterol dalam pembuluh darah tersebut akan berjalan sesuai dengan penjagaan setiap individu, kalau konsumsi lemak tidak tinggi, tidak hipertensi, perilaku sehat, olahraga, cukup istirahat, plak akan tetap bertambah tapi lebih lambat. Sebaliknya, kalau tidak dijaga, perkembangan plak akan lebih cepat.

“Tapi tidak ada hubungannya dengan minum susu kalsium atau tidak. Kalau tidak ada tumpukan kolesterol itu, kalsiumnya pun tidak akan dipanggil untuk mengeraskan,”

Pemeriksaan lewat kalsium

Karena penyumbatan pembuluh darah koroner yang mengganggu kerja jantung ternyata mempunyai hubungan dengan kalsium, pemeriksaan penyakit jantung koroner juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan kalsium. Namanya calcium scoring.

Pemeriksaan ini mempunyai keunggulan lebih murah dan lebih sederhana jika dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya. Calcium scoring terbukti efektif langsung ke anatomi koroner dan hasilnya cukup informatif.
Calcium scoring juga tidak melukai pasien, tidak melelehkan pasien, pemeriksaan cepat, hasilnya cepat, tidak menggunakan kontras, tidak banyak radiasi, tidak perlu cek lab fungsi ginjal, dan tidak perlu puasa,
Calcium scoring merupakan bagian dari rangkaian proses CT Scan yang lebih komplit. Tapi, ternyata, untuk mengetahui ada atau tidaknya sumbatan di daerah jantung, cukup dilakukan satu tahap pemeriksaan saja yaitu calcium scoring.

Pemeriksaan ini akan menghasilkan data berupa angka. Angka yang muncul nantinya dicocokkan dengan kategori klasifikasi tingkat kalsium. Ada yang normal dengan skor 0, minimal dengan skor 1-10, mild 11-100, moderate 101-400 dan significant lebih dari 401.

“Makin tinggi angkanya, makin banyak atau besar sumbatannya. Asumsinya makin banyak kalsiumnya makin banyak sumbatannya,”
Bila hasil pemeriksaan normal, artinya belum ada penyumbatan. Namun disarankan kontrol faktor risiko dan melakukan calcium scoring lagi 1-2 tahun berikutnya.
Bisa hasilnya mild, berarti sudah ada penyumbatan tetapi masih ringan. Perlu diobati, bukan mengurangi tapi memperlambat penumpukan plak.
Sementara itu, bila hasilnya moderate-significant apalagi ada gejala spesifik seperti bukti stress test positif atau faktor risiko berat lainnya, dianjurkan melakukan kateterisasi diagnostik

Kardiomiopati

adalah penyakit yang berhubungan dengan miokardium atau otot jantung di mana terdapat kelainan pada otot jantung secara struktur dan fungsi tanpa adanya penyakit jantung koroner, hipertensi, atau kelainan katup jantung. Bila penyakit ini terbatas hanya pada kelainan atau kerusakan otot jantung, maka keadaan ini disebut kardiomiopati primer. Bila kardiomiopati disebabkan oleh penyakit lain yang mengakibatkan kelainan pada otot jantung, keadaan ini disebut kardiomiopati sekunder.

Ada empat tipe utama kardiomiopati, yaitu:

  • Restrictive cardiomyopathy

Gangguan ini timbul sebagai akibat dari tidak elastis dan kakunya otot jantung, sehingga jantung tidak dapat mengembang dengan baik dan berujung pada terhambatnya aliran darah ke dalam jantung. Kondisi yang jarang ini, tidak diketahui penyebabnya, namun dapat merupakan bagian dari penyakit amiloidosis, sarkoidosis, dan hemokromatosis (penumpukkan zat besi pada otot jantung). Penyakit ini umumnya terjadi pada orang lanjut usia walau dapat juga terjadi pada segala usia.

  • Hypertrophic cardiomyopathy

Kondisi ini sebagian besar diakibatkan oleh kondisi genetik yang menurun di dalam keluarga dan dapat terjadi pada segala usia. Gangguan timbul akibat menebalnya otot jantung secara abnormal, khususnya pada ventrikel kiri jantung, yaitu ruang jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. Penebalan ini mengakibatkan jantung menjadi sulit untuk memompa darah.

  • Arrhythmogenic right ventricular cardiomyopathy

Tipe kardiomiopati ini tergolong jarang. Sebagian kasus merupakan penyakit turunan yang sering disebabkan oleh mutasi pada satu gen atau lebih. Gangguan ini timbul karena terdapat kelainan pada protein yang merekatkan sel otot jantung dan dapat menyebabkan kematian sel. Sel otot jantung yang mati kemudian digantikan oleh lemak dan jaringan parut, sehingga dinding ruang jantung menjadi tipis dan meregang. Akibatnya irama jantung menjadi tidak beraturan serta tidak dapat memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh dengan baik. Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia.

  • Dilated cardiomyopathy

Merupakan tipe kardiomiopati yang paling sering. Gangguan timbul karena ventrikel kiri jantung membesar dan melebar sehingga menjadi tidak kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Namun kelainan ini tidak disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Dilated cardiomyopathy merupakan penyebab tersering dari gagal jantung dan penyebab tersering orang melakukan transplantasi jantung. Dilated cardiomyopathy dapat diturunkan secara genetik maupun didapat. Kondisi lain yang dapat menyebabkan dilated cardiomyopathy adalah infeksi (miokarditis), penyakit autoimun, kehamilan, racun yang berlebihan (seperti alkohol, kokain, amfetamin, dan ekstasi), kekurangan nutrisi (zink, selenium, dan vitamin B1), obat tertentu (obat kanker, obat penenang), kelainan fungsi kelenjar tiroid, dan gangguan elektrolit (kekurangan kalsium dan fosfat dalam darah).

Penyebab Kardiomiopati

Biasanya penyebab kardiomiopati tidak diketahui. Untuk beberapa orang, dokter akan mencari tahu kemungkinan faktor lain yang dapat mencetuskan kardiomiopati, termasuk:

  • Kelainan genetik.

  • Penyakit tiroid.

  • Irama jantung cepat yang tidak tertangani.

  • Gangguan metabolic, seperti obesitasatau diabetes.

  • Kekurangan vitamin dan mineral.

  • Komplikasi akhir kehamilan sampai dengan 6 bulan setelah melahirkan (peripartum cardiomyopathy).

  • Konsumsi alkohol berlebihan.

  • Penyalahgunaan kokain, amfetamin, dan steroid anabolik (disalahgunakan untuk membesarkan otot tubuh).

  • Pengguna obat kemoterapi dan radiasi.

  • Hemokromatosis, amiloidosis, sarkoidosis.

Gejala Kardiomiopati

Kardiomiopati dapat muncul pada usia muda, serta dapat menyebabkan henti jantung mendadak. Waspadai munculnya gejala kardiomiopati, khususnya pada mereka yang memiliki sejarah gagal jantung dalam keluarga. Berikut ini adalah gejala kardiomiopati yang patut dikenali dan diperhatikan:

  • Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan tungkai.

  • Batuk saat berbaring.

  • Perut kembung yang diakibatkan oleh adanya cairan.

  • Rasa lelah.

  • Sesak, bahkan saat beristirahat.

  • Irama jantung tidak beraturan.

  • Pusing, rasa melayang, dan pingsan.

  • Nyeri dada.

Pada awal kasus, penderita kardiomiopati mungkin tidak menampakkan atau merasakan gejala-gejala tersebut. Segera periksakan ke dokter jika ada seseorang yang mengalami pingsan, sesak atau nyeri dada yang berlangsung lebih dari beberapa menit.

Diagnosis Kardiomiopati

Kardiomiopati dapat didiagnosis melalui serangkaian tes berdasarkan gejala yang dirasakan pasien. Selain pemeriksaan fisik, dokter akan menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga. Tes-tes lain yang mungkin dijalani oleh pasien dengan gejala kardiomiopati adalah:

  • Elektrokardiogram (EKG). EKG adalah penilaian impuls listrik untuk mengecek adanya gangguan aktivitas listrik pada jantung. Tes EKG dapat mendeteksi gangguan pada irama jantung dan area yang mengalami kelainan, yang bisa berdampak kepada aktivitas listrik jantung.

  • Ekokardiografi digunakan untuk menilai kondisi jantung, dengan menggunakan gelombang suara. Tes ini akan memberikan pencitraan terhadap ukuran, irama, fungsi, dan katup jantung agar dokter bisa mendapatkan diagnosis yang tepat.

  • Treadmill stress test. Dilakukan untuk memantau tingkat stres tubuh yang dapat ditoleransi jantung ketika pasien beraktivitas. Tes juga akan mempelajari sebaik apa kerja jantung dengan mengamati pola pernapasan, tekanan darah, dan irama jantung selama Anda berjalan pada mesin treadmill.

  • Rontgen dada. Dilakukan guna mengetahui adanya pembesaran jantung.

  • Kateterisasi jantung. Kateterisasi jantungdilakukan dengan cara memasukkan selang kecil (kateter) melalui pembuluh darah di lipat paha atau pergelangan tangan dan menuju ke jantung. Prosedur ini digunakan mengukur tekanan dalam ruang jantung sehingga diketahui bagaimana fungsi pompa jantung. Dokter juga dapat mengambil sebagian kecil otot jantung untuk dijadikan sampel (biopsi) dan diperiksa di laboratorium. Selain itu, dokter juga dapat melakukan angiografi koroner (melihat pembuluh darah koroner) dengan cara memasukkan cairan kontras ke dalam pembuluh darah, kemudian gambar ditangkap dengan sinar-X untuk memastikan tidak ada pembuluh darah yang tersumbat.

  • Tes darah. Dilakukan untuk memeriksa fungsi kelenjar tiroid, hati, dan ginjal, serta kadar zat besi dalam darah. Tes darah juga dapat memeriksa protein yang meningkat pada saat jantung dalam keadaan stres, yang dapat mengakibatkan gagal jantung. Protein tersebur bernama B-type natriuretic peptide(BNP).

  • Pemeriksaan genetik. Dilakukan terutama pada pasien yang memiliki sejarah kardiomiopati dalam keluarga. Konsultasi bersama keluarga sangat disarankan sebelum menjalankan tes ini.

  • CT scan. Dilakukan untuk memperkirakan ukuran jantung, serta memantau fungsi jantung dan kondisi katup jantung.

  • Biasanya dilakukan bila hasil ekokardiografi belum cukup menolong untuk memastikan diagnosis.

Penderita kardiomiopati akan memerlukan pemeriksaan menyeluruh terhadap fungsi jantung, termasuk memonitor risiko terjadinya aritmia. Inilah sebabnya gejala yang muncul sebaiknya segera dikonsultasikan kepada dokter agar terhindar dari komplikasi.

Pengobatan Kardiomiopati

Kardiomiopati memiliki beberapa pilihan pengobatan tergantung dari gejala serta jenis penyakit yang diderita. Fokus pengobatan penyakit ini adalah untuk mengendalikan gejala dan mencegah terjadinya komplikasi.

Berikut ini adalah metode-metode pengobatan yang dilakukan berdasarkan tipe kardiomiopati yang diderita, di antaranya:

  • Dilated cardiomyopathy. Kondisi ini dapat ditangani dengan obat-obatan atau implantable cardioverter-defibrilator(ICD) yang berfungsi untuk mengamati irama jantung dan bila diperlukan akan memberikan aliran listrik tambahan secara otomatis. Obat yang diberikan berfungsi untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah, memperlambat irama jantung, mencegah darah menggumpal, dan mengeluarkan kelebihan cairan dalam tubuh.Pemasangan alat pacu jantung juga dapat direkomendasikan untuk mempertahankan irama jantung normal.

  • Hypertrophic cardiomyopathy. Kondisi ini dapat ditangani dengan tindakan medis maupun pemberian obat. Obat-obatan dapat mengurangi tenaga pompa jantung, menstabilkan irama, dan membuat jantung menjadi lebih lemas. Jika pasien mengalami gangguan irama jantung yang serius, maka ICD dapat digunakan. Tindakan medis lainnya yang dapat dilakukan adalah tindakan operasi yang bernama septal myectomy, yaitu memotong sebagian dinding otot jantung yang menebal guna melancarkan aliran darah. Selain itu, dapat dilakukan ablasi untuk menghancurkan otot jantung yang menebal agar darah dapat mengalir melalui area tersebut. Prosedur yang disebut dengan septal ablationini menggunakan suntikan alkohol pada otot jantung yang ingin dihancurkan.

  • Restrictive cardiomyopathy. Dokter akan memantau asupan garam dan air serta berat badan setiap hari. Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obatan diuretik yang dapat menambah frekuensi buang air kecil, bila pasien memiliki masalah dengan natrium dan air yang tidak dapat keluar melalui urine. Obat lain juga dapat diresepkan untuk mengurangi tekanan darah atau mengatur irama jantung yang abnormal. Jika penyakit ini disebabkan oleh penyakit lain,maka pengobatan akan ditujukan untuk mengatasi penyebabnya.

  • Arrhythmogenic right ventricular cardiomyopathy. Kondisi ini dapat ditindaklanjuti dengan pemberian obat-obatan yang dapat mengatur irama jantung dan pemasangan ICD. Selain pemasangan ICD, kondisi ini dapat ditangani dengan prosedur radiofrequency ablation, yaitu dilakukan penghancuran sebagian kecil jaringan jantung yang tidak normal dengan menggunakan kateter dan elektroda.

Selain itu, pada kardiomiopati dapat juga dilakukan penanganan dengan:

  • Ventricular assist devices (VAD). Ini merupakan alat yang dipasang pada tubuh dan digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah di dalam jantung. Alat ini dapat digunakan dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Misalnya, digunakan selama pasien menunggu proses transplantasi jantung atau saat prosedur lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.

  • Transplantasi jantung. Prosedur ini adalah pilihan pengobatan terakhir yang diambil ketika semua prosedur pengobatan tidak efektif atau sudah pada kondisi gagal jantung tahap akhir.

Komplikasi Kardiomiopati

Kardiomiopati dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera terdiagnosis dan ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat timbul adalah:

  • Gagal jantung, adalah suatu kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah sesuai dengan kebutuhan jaringan tubuh. Otot jantung yang rusak akibat kardiomiopati bisa mengakibakan kondisi tersebut dan dapat membahayakan nyawa.

  • Penggumpalan darah. Dikarenakan jantung tidak bisa memompa darah dengan baik, sel darah penderita kardiomiopati cenderung mudah menggumpal. Gumpalan darah ini dapat lepas dan menyumbat aliran darah ke organ tertentu, seperti otak.

  • Henti jantungKardiomiopati dapat memicu gangguan irama jantung. Irama jantung dapat berubah menjadi lebih lambat atau lebih cepat. Apabila kondisi ini berlajut menjadi henti jantung mendadak, penderita kardiomiopati dapat pingsan atau bahkan meninggal dunia.

  • Gangguan katup jantung. Pembesaran jantung yang dialami oleh pasien kardiomiopati menyebabkan katup jantung tidak dapat menutup sempurna. Keadaan ini menyebabkan adanya aliran balik darah di dalam jantung.

Pencegahan Kardiomiopati

Jika penyebabnya genetik, kardiomiopati tidak dapat dicegah. Namun secara umum, kemungkinan terjadinya kardiomiopati dan penyakit jantung lainnya dapat dicegah dengan penerapan pola hidup sehat, seperti:

  • Mengurangi berat badan jika terdapat obesitas.

  • Melakukan olahraga teratur.

  • Menghentikan kebiasaan merokok.

  • Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

  • Mengatur waktu dengan baik untuk mendapatkan waktu tidur yang cukup.

  • Memerhatikan asupan makanan dengan menerapkan diet sehat setiap hari.

  • Mengelola stres dengan baik.

  • Memantau dan mengendalikan kondisi kesehatan yang dapat menjadi penyebab kardiomiopati, seperti diabetes.

Tidak pernah terlambat untuk memulai perubahan yang dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan Anda. Perbanyak pengetahuan mengenai penyakit yang diderita, serta informasikan kepada dokter jika terdapat riwayat kardiomiopati di dalam keluarga untuk mendapatkan penanganan awal demi mengurangi risiko penyakit bertambah parah atau timbulnya komplikasi.